Manusia yg kuat imannya sekalipun banyak yg berguguran disaat harus berhadapan dengan fitnah ini. Para sahabat pun merasa lebih dapat bersabar saat mereka diuji dgn kemiskinan & kesusahan. Tapi, mereka merasa kurang sanggup diwaktu berhadapan dengan ujian kenikmatan & kelapangan materi.
Rasulullah ﷺ tidak pernah mengkhawatirkan kiranya umat ini menjadi miskin, namun beliau mengkhawatirkan jikalau dunia ini dilapangkan buat mereka, sehingga terjadilah fitnah. Dalam suatu hadits disebutkan,
فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُم.
Demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian ditimpa kemiskinan, tetapi aku khawatir jika dunia ini dilapangkan untuk kalian, sebagaimana pernah dilapangkan untuk umat-umat sebelum kalian, lantas kalian berlomba-lomba dengannya sebagaimana mereka dulu berlomba-lomba dengannya, lantas hal itu membinasakan kalian sebagaimana dulu telah membinasakan mereka.[1]
Seiring dengan perkembangan zaman & tuntutan kondisi, manusia tetap berlomba utk mempertahankan eksistensinya. Kondisi akhir zaman sendiri digambarkan oleh Rasulullah ﷺ akan dipenuhi dgn beberapa orang miskin dalam beramal, kikir pada hartanya & egois terhadap sesama, maka manusia akan tetap disibukkan dgn upaya mencari penghidupan & melupakan bekal sebenarnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ sudah bersabda,
يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيَنْقُصُ الْعَمَلُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّمَ هُوَ قَالَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ
“Zaman akan semakin berdekatan, amal shalih akan semakin berkurang, penyakit egois akan melanda dan haraj akan banyak terjadi. Para sahabat bertanya, “apakah haraj itu?” beliau menjawab, “Pembunuhan, pembunuhan.”[2]
Menyangkut dgn nubuwat Rasulullah ﷺ yg memaparkan bakal adanya keadaan di mana perdagangan bakal menjadi pilihan favorite manusia dalam mencari penghidupan, hingga harus melibatkan anggota keluarganya, sehingga fenomena disaat ini membenarkan hal tersebut. Nabi ﷺ bersabda :
بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ : تَسْلِيمُ الْخَاصَّةِ ، وَفُشُوُّ التِّجَارَةِ حَتَّى تُعِينَ الْمَرْأَةُ زَوْجَهَا عَلَى التِّجَارَةِ
“Sesungguhnya menjelang kiamat akan ada ucapan salam khusus dan perdagangan tersebar luas sehingga seorang wanita ikut serta dengan suaminya dalam perdagangan.”[3]
Emansipasi Wanita Mengambil Alih Tugas Laki Laki
Salah satu efek isu kesetaraan gender yg digagas oleh warga barat merupakan tuntutan biar kaum perempuan meraih hak yg setara dgn laki laki. Akhir abad ke-20 yakni masa-masa tumbuh & berkembangnya zaman emansipasi. & memasuki abad ke-21 kita dikejutkan dengn beraneka ragam pemandangan di jalan-jalan, kantor-kantor, pabrik-pabrik & lapangan pekerjaan yang lain; semuanya dipadati oleh komunitas perempuan.
Partai politik sendiri diharuskan utk memberikan kuota se besar 30% (minimal) pada kaum perempuan utk wakilnya. Bahkan, lebih mengerikan lagi ialah profesi& tugas berat yg mestinya hanya dilakukan oleh kaum pria nyatanya pun dilakukan oleh kaum perempuan. Tugas jadi kuli pasar, pekerja bangunan, kernet bus, mendorong gerobak, polisi, pekerja di SPBU, sekarang ini telah banyak diisi oleh kaum perempuan.
Hadits diatas pun menggambarkan suasana maraknya perdagangan di kalangan manusia. Tugas mencari nafkah yg sebenarnya dibebankan pada kaum lelaki,nyatanya pun banyak dilakukan oleh kaum perempuan. Hadits di atas bisa adalah satu peringatan dari Nabi ﷺ untuk berhati-hati dengan fenomena di atas, di mana peran & fungsi seorang perempuan telah banyak beralih di akhir zaman. Mereka tak lagi menahan diri mereka di rumah yg itu lebih baik bagi mereka. Tetapi, justru ke luar dari rumah mereka & ikut meramaikan pasar-pasar dgn kedatangan mereka di tengah² kaum lelaki. Dgn argumen persamaan gender & emansipasi, sangat banyak dari kaum perempuan yg menuntut supaya mereka memperoleh peran & posisi yg setara dgn kaum laki laki, & ini ialah penyimpangan fitrah mereka.
Dapat Terjadi sebab Himpitan Ekonomi
Nubuwat diatas walaupun bukan berkonotasi negatif (peringatan biar para suami tak banyak melibatkan istrinya buat urusan mencari nafkah dikarenakan memang lah hal tersebut jadi tanggung jawab dia), boleh jadi juga mengisyaratkan satu keadaan atau era tertentu yg sempit ekonominya. Atau pada keadaan tertentu di mana suami tak memerankan dirinya yang merupakan pemimpin & qawwam di atas istrinya, sampai istrinyalah yg banyak mengambil alih pekerjaan kepala rumah tangga. Maka nubuwat tersebut tak memvonis benar atau salah bila ada istri terlibat dengan suaminya untuk mencari nafkah. Hadits diatas sekedar memberikan gambaran betapa susahnya beban ekonomi yg mesti dipikul oleh seseorang kepala keluarga, maka tugas mencari nafkah pun mesti melibatkan istri.
Wallohu a’lam bish showab.
____________________________
[1] Muttafaq ‘alaihi
[2] HR. Bukhari no. 5577
[3] HR Ahmad dishahihkan oleh Ahmad Syakir isnadnya, riwayat Hakim